Review Qodrat (2022): Horor Tempel Jahit Bikin Kepala Sakit

Bacotin Film
3 min readNov 1, 2022

--

Poster film Qodrat. (Foto: Magma Entertainment)

Bacotin Film — Qodrat (2022) mungkin satu dari sedikit film horor yang punya ending begitu memoriable. Sutradara Insidious, Hereditary hingga The Wailing dijamin minder cuy pasca menyaksikan karya Charles Gozali ini.

Saking fenomenalnya, film yang tayang sejak 27 Oktober itu gue prediksi bakal bertahan dalam ingatan penonton hingga puluhan tahun, menyelinap dalam potongan puisi para sastrawan, hingga disebarluaskan dari mulut ke mulut layaknya dongeng dan cerita rakyat.

Bukan, bukan karena Qodrat begitu serem hingga predikat masterpiece pantas disematkan. Hal itu lebih karena entah disengaja atau tidak, film yang dibintangi Vino G. Bastian dan Marsha Timothy ini secara ironis bikin penonton tertawa terpingkal-pingkal.

Aneh banget kan? Film yang dibuka dengan adegan mengerikan nan sadis — terlepas dari visual efek yang kurang necis — berakhir jadi bahan tertawaan yang saking lucunya sampai bikin kita ingin menangis dan mencium mbak-mbak penjaga karcis, eh.

Serius, ini film agak laen memang. Sensasinya beda. Kalo dipikir-pikir lagi sih gue gak nyesel nonton film ini. Jarang-jarang ada film horor yang punya takaran komedi begitu pas. Punchline-nya dapet!

Qodrat (2022) sendiri berkisah tentang ustadz bernama Qodrat (Vino G. Bastian). Iya, Qodrat, gue juga baru denger ada orang namanya Qodrat. Kenapa nggak Yusuf Monsieur aja coba namanya? Ntar setting filmnya di Prancis.

Udah-udah, ayo fokus lagi ke sinopsis. Qodrat adalah ustadz yang mampu mengusir arwah jahat dari tubuh seseorang. Namun, insiden kelam yang melibatkan istri dan anaknya membuat hidup dan semangatnya runtuh.

Qodrat masuk penjara. Di dalam jeruji besi, dia meninggalkan ibadah dan terbenam dalam rasa bersalah, duka dan teror. Namun, ada satu kejadian ngeri nan ajaib yang membuatnya bangkit dari jeratan depresi.

Setelah bebas dari penjara, ustadz berambut gondrong ini memutuskan pulang ke pesantren. Di situlah Qodrat dipaksa terlibat lagi dalam urusan pengusiran roh jahat sekaligus menghadapi hal yang paling ditakutinya. Apa itu? Silahkan tonton sendiri ya.

Review

Sama seperti beberapa film horor Indonesia belakangan, Qodrat punya permasalahan kronis yang sama. Premis yang potensial gagal diramu menjadi sajian yang setidaknya “berdaging” dari awal hingga akhir.

Pembukaan film ini harus diakui cukup menjanjikan terlepas dari visual efek dan scoring-nya yang agak lebay. Di 10 menit pertama juga tak buruk, terdapat beberapa scene yang mampu bikin saya ingin tutup mata.

Tapi ya sudah, hanya segitu saja. Tak ada lagi kejutan atau adegan horor yang patut diberi tepuk tangan. Selebihnya, Qodrat mengalir layaknya sajian tempel jahit dari berbagai scene horor film Hollywood.

Gue gak tau ya ini bisa disebut terinspirasi atau memang nyontek aja. Tapi yang bikin males, adegan-adegan di dalam Qodrat layaknya sebuah downgrade dari scene-scene film horor Hollywood favorit kita.

Selain itu, keputusan sutradara bikin Qodrat layaknya sebuah wahana rollercoaster yang tak memberi penontonnya jeda untuk mengambil napas juga jadi sorotan tersendiri.

Menjejali penonton dengan adegan horor bertubi-tubi yang hampir tanpa jeda selama 102 menit, membuat Bagian II (pertengahan) dan Bagian III (penutup) film ini terasa sangat melelahkan.

Capek banget nggak lu setiap beberapa menit dikasih liat orang kesurupan, teriak-teriak sampe lehernya keluar urat yang lebih berurat dari bakso urat itu sendiri? Takut kagak, kesel iya!

Selain itu, beberapa adegan dalam film juga terkesan repetitif. Membosankan. Lantunan ayat-ayat yang disampaikan para tokohnya juga jadi seperti angin lalu saja karena begitu seringnya diulang-ulang.

Di luar itu, detail film ini juga tak bisa dibilang bagus. Gue gak tau modal film ini besar atau enggak, yang pasti suasana pesantren dan desa “Kober” terlihat gak alami. “Plasitik” banget.

Terlepas dari berbagai kekurangannya, Qodrat masih mampu menyajikan beberapa adegan keren. Menjadikan kue ulang tahun sebagai “medium” adegan gore berdarah-darah harus diakui cukup brilian.

Adegan penutup film ini juga T-O-P banget! Gue gak mau ceritain. Kalian harus nonton sendiri biar punchline-nya dapet!

Kalo disuruh ngasih film ini rating berapa, gue gak akan nyebut angka. Gue cuma bakal bilang “Ya emang udah Qodrat-nya begitu kali”. Intinya Qodrat will return!!!! (mudah-mudahan bersama bintang star wars yang muncul di akhir filmnya).

Arief Apriadi

--

--